Rating : 4.9/5 unutk povnya Ava sendih 5/5

Okey, ini buku pertama dari sekian banyak buku atau novel yang aku baca yang bisa buat aku ketrigger dengan masa kecilku yang tidak begitu menyenangkan juga. Walaupun sebenarnya kisah aku gak sepedih dan semiris kisah Ava maupun P, tapi tetap aja aku ketrigger dan semua memory flashback yang jarang aku ingat jadi balik lagi. I am overwhelmed, I was crying, sobbing, screaming while taking a bath because my head can’t stop the flashback lol.

Aku berhenti baca ini bentar kemudian lanjut dan tamatin. Aku personally suka banget penggambaran povnya Ava yang confused and made a conclusion form complicated things, karena itu dulu yang sering aku lakuin. Aku bisa melihat dari diri Ava and it hurts me moreee because now i am 9teen and aku tau kalau semua yang Ava lihat dan pelajari dari itu adalah menjadi luka di masa yang akan datang (but masa itu gak akan pernah datang).

Aku selalu melihat P dari sudut pandangnya Ava tapi aku paham bagaimana perasaan P yang selalu bertanya apa mama sayang aku ga apa papa sayang aku ga, apalagi setelah dia tau kalo orangtuanya itu Kak Suri dan Mas Alri, kek perasaannya jadi sangat begitu mixed dan tentu saja orang dewasa aja kalau dalam posisi itu bisa jadi melakukan hal yang di luar akal, apalagi dengan mental P yang sering diabused sama papanya. Jadi aku merasa endingnya tuh kek pas sih dan masuk akal.

Cuma aku ga akan bisa membayangkan bagaimana perasaan Mamanya Ava dan Kak Suri-Mas Alri. Terutama Mas Alri yang ketika bangun nyari mereka berdua, tapi mereka berdua ga ada :(( they should watch dolphin in the morning :(( and then going to rumah Nenek Isma :(( but now they are flying and swimming in the depth of the sea…

Untuk Ava dan P semoga di kehidupan selanjutnya kalian bakalan lahir kembali menjadi kedua pasangan penguin ya :”)